PHP (pemberi harapan Palsu)
Ketika pertama mendengar
kata PHP sebenarnya aku tidak tahu apa singkatan dari PHP itu sendiri. PHP itu
seperti tingkat keasaaman dalam ilmu kimia, seingatku seh,, dulu pernah
mengukur tingkat PH. Namun ternyata salah, istilah PHP kini sudah ngetren,
apalagi bagi anak-anak muda alay. Mereka akrab sekali dengan istilah yang satu
ini, Pemberi Harapan Palsu.
Kemarin aku
bertemu dengan salah salah seorang temanku, saat bertemu dia kelihatan lagi Bad
Mood alias pasang wajah sebel/kecewa. Wajahnya seperti wajah orang yang lagi
****(sensor) gak enak banget dilihatnya. Setelah kami ngobrol sebentar katanya
dia jadi korban PHP seorang cowok yang dia taksir. Ya kebetulan temanku itu
cewek, tergolong masih sedikit alay juga. Dia bercerita ini itu yang membuatku
bingung, namun aku iya kan saja.., berlagak sok ngerti. Intinya aku sudah tahu
bahwa dia lagi kecewa karena dia merasa menjadi korban PHP. Lagi-lagi PHP. Istilah
ini memang lagi di puncak kata-kata alay untuk soal urusan asmara.
Memang tidak enak
ketika apa yang kita harapkan, ternyata tiba-tiba berubah begitu saja tidak
sesuai rencana, dan akhirnya kecewa. Sering sekali kita dikecewakan karena
harapan. Apalagi kalau sudah soal perasaan alias rasa sayang dan cinta. Hemm rasanya
pasti tambah menyakitkan. Seperti temanku tadi. Sebenarnya PHP itu terjadi
bukan karena orang yang memberi harapan. Tetapi kita sendirilah yang membuat
harapan itu berlebihan, dengan tanpa sadar kita yakin akan mendapatkan apa yang
kita harapkan, padahal ada banyak kemungkinan yang akan mengacaukan harapan
tadi.
Sebagai seorang
manusia biasa mempunyai harapan itu memang wajar. Berharap, ya pasti semua
orang juga punya harapan. Harapan tentang karier, tentang cinta, dan hal lain
yang membanggakan. Namun terkadang manusia itu suka berlebihan dan terlalu
mengantungkan semua pada satu kemungkinan saja tanpa memperdulikan
kemungkinan-kemungkinan lain yang bisa
saja terjadi. Untuk urusan cinta misalnya, dalam hal cinta kita terbiasa untuk
fokus pada satu objek cinta. Pada awalnya seh terkesan seolah dia memberi
harapan, sok baik lah, sok perhatian lah, tapi siapa tahu isi hati. Ada pepatah
yang mengatakan dalam laut ada yang tahu tetapi dalamnya hati siapa yang tahu. Dan
bodohnya orang yang terkena harapan, melebih-lebihkan apa yang dia harapakan,
padahal si pemberi harapan tidak bermaksud demikian. Mungkin dia hanya memberi
perhatian biasa saja.
Harapan, harapan
dan harapan. Ketika ada harapan, anda seringkali berpikir dalam kepala anda
dengan mengatakan seharus begini dan begitu sesuai yang Anda harapkan. Namun sayangnya
hidup ini fleksibel dan selalu berubah, ada saja hal yang mengecewakan. Ada strategi
lain yang lebih baik, jangan terlalu banyak permintaan, justru persiapkanlah. Karena
sering kali harapan membuat kecewa dan marah.
Comments
Post a Comment