Tua di Jalan
Beberapa hari
semenjak saya sudah kembali ke Malang, ada yang berbeda dari biasanya. Mungkin hal
tersebut wajar-wajar saja namun jika di cermati fenomena ini semakin
mengkhawatirkan. Kondisi kemacetan lalu lintas di kota Malang sudah semakin
parah. Apalagi di jalan-jalan protokol, jalan utama, dan trobosan. Volume kendaran
sudah tidak terbendung lagi, mobil dan sepeda motor membludak bak rombongan
semut mengerubungi gula. Kemacetan tentu akan berdampak pada efisiensi waktu
serta tingkat kejenuhan manusia di jalan raya.
Para pengendara
baik mobil maupun sepeda motor sangat merasakan efek dari kemacetan. Suasana panas,
semrawut menjadi pemandangan rutin setiap hari. Hal ini juga saya rasakan
ketika mengendarai sepeda. Bising, berdesak-desakan, tidak ada yang mau
mengalah, semua ingin yang pertama. Kecepatan kendaraan tidak lebih dari 20km. Sangat
pelan, berdempetan depan belakang, kiri kanan semua terbatas oleh kendaraan. Aroma
asap serta udara kotor kadang sangat menganggu. Semakin hari saya rasa memang
menjenuhkan hidup dijalan. Waktu terasa terbuang percuma, jarak yang seharusnya
dapat ditempuh lebih cepat, sekarang malah menjadi lama gara-gara terkena
kemacetan.
Efek buruk dari
kondisi ini, dapat memicu tingkat stres. Semakin jenuh para pengendara maka
luapan emosi mereka semakin menumpuk. Faktor efisiensi waktu menjadi alasan
utama, kenapa tidak. Mereka para pengguna jalan pasti mempunyai tujuan
tertentu, seperti saya misalnya mahasiswa yang ingin ke kampus, dan keinginan
saya ya jangan sampai terlambat. Jika saya terlambat hanya gara-gara terjebak
kemacetan secara otomatis, emosi akan bergejolak menyalahkan kemacetan. Bukan hanya
saya saja, semua orang pasti ingin lebih nyaman saat di jalan. Dan jika kondisi
kemacetan ini terus berkepanjangan lama-lama manusia akan tua dijalan. Umur mereka
terbuang sia-sia hanya gara-gara macet. Jadi teringat khayalannya Radityadika
saat terjebak kemacetan, bahkan manusia akan menikah, melahirkan dan
beranak-pinak di jalan raya.
Tidak ada lagi
efisiensi waktu. Bahkan bisa jadi manusia akan beralih lagi ke cara manual
dengan jalan kaki. Karena kecepatan jalan kaki dengan kendaraan bermotor sama
saja saat terkena kemacetan. Semoga saja di era mendatang akan ada solusi
alternatif yang lebih efisien serta hemat energi.
Comments
Post a Comment