Macet & Lemot




Hidup di zaman serba instan dan cepat terkadang membuat masalah dalam kehidupan sehari-hari lebih menumpuk. Tuntutan dalam pekerjaan, disiplin waktu, hiburan, bahkan hal yang tidak terlalu penting menjadi sebuah keharusan yang sekaan menuntut serba cepat dan instan. Hal yang tidak terpisahkan dalam kehidupan sehari-hari adalah transportasi dan komuniksai. Di zaman yang katanya sudah canggih apa-apa serba cepat, mudah dan instan, justru terkadang menjadi tekanan emosi dalam diri. Semakin hari kebutuhan akan komunikasi dan transportasi sudah menggila, tingkat konsumsi BMM & Pulsa (internet) seakan menjadi kebutuhan primer selain makan nasi. Penembahan volume kendaran semakin banyak, antrian di SPBU kian menggila.., kemacetan dimana-mana. Selain itu, konsumsi akan komunikasi cepat dengan vitur canggih juga merancuni., aplikasi dunia maya kian mewabah, menjamur bak kodok di musim penghujan. Namun sadarkah kita bahwa dampak dari membludaknya tingkat kebutuhan transportasi dan komunikasi membawa efek yang tidak baik.?

Saya sering melihat bahkan mengalami sendiri, terjebak macet uh.. rasanya pengen emosi. Orang yang berkendara pasti hanya satu tujuan yaitu ingin cepat sampai. Perasaan ingin cepat sampai inilah yang membuat emosi dalam diri naik., kemacetan membuat emosi tinggi, urat tegang., mulut sudah lepas mengelurakan umpatan-umpatan., belum lagi kena senggol kendaraan lain, lengkap sudah penderitaan penderita sindrom macet. Sebenarnya apa yang salah., kendaraan diciptakan untuk lebih cepat namun justru membuat repot saat terkena macet. Andaikan ada kendaraan bisa tembus atau melayang sendiri saat terkena macet (ngayal)

Lanjut, sekarang lemot., entah dari kata dasar apa bisa menjadi istilah “lemot” penyakit ini juga membuat emosi diri tinggi. Zaman sekarang memang ada orang tanpa berkebutuhan dengan internet dan HP? Sekatrok-katroknya orang desa sekarang sudah mengenal HP dan warnet. Kebutuhan pokok ketiga setelah nasi dan bensin adalah internet. Dunia komunikasi satu ini sangat menggoda para penggunanya., kaum awam justru lebih sering menggunakannya untuk hiburan semata. Meskipun manfaat selain untuk hiburan, juga lebih banyak lagi. Tentu para konsumen internet atau pun dunia maya lainnya juga pernah menggalami namanaya sindrom “lemot”. Lagi enak-enaknya berkomunikasi lewat internet eh,, tiba-tiba ada gangguan, entah sinyal bahkan kehabisan kuota pulsa. Ihh rasanya bikin emosi iya gak? Efek lemot membuat emosi diri keluar,, rasanya seperti mati gaya, seakaan dunia anda dibunuh secara berlahan (lebay dikit). Bahkan yang lebih ekstrim lagi jika sehari tanpa internet mending mati saja. Rasanya sudah kayak enggak orang hidup lagi. 

Ahh…ini lah yang menjadi kerasahan saya untuk menulis. Macet dan Lemot dua penyakit baru akibat dampak teknologi. Tuntutan serba cepat dan instan membuat hidup justru tertekan. Dikejar waktu, dikejar tuntutan bahkan bisa mati perlahan gara-gara macet dan lemot. Mari kita cipatakan gerakan satu hari tanpa kendaraan dan internet setuju??

Comments

Popular posts from this blog

5 goyang nge-Hitz yang paling banyak ditiru

CAPER (cari perhatian)

cinta KadaLuarsa