Dongeng sebelum Tidur
Semalam, meskipun
hujan deras dan mendukung benget kencan tripel bersama, bantal, guling dan
selimut, aku masih belum bisa tidur. Dan sudah bisa ditebak mencari keramaian
di dunia maya, FB dan Twitter.
FB on, twitter
on., benar-benar sudah ketagihan. Situs jejaring sosial ini memang sudah
menjadi gaya hidup sekarang. Ibarat sayur itu tanpa garam, jadi rasanya gimana
gitu kalao seharian gak buka FB atau twitter. Akhirnya aku mencari keramaian di
dunia maya tersebut, lihat-lihat komen lah, foto profil,, permintaan
pertemanan, dan biasanya buka profil orang yang belum kita kenal dan layak
untuk mengirim friends request kepadanya. Dan tidak sengaja pula, ada salah
satu cewek yang pernah aku taksir kebetulan dia juga on, langsung saja aku goda
untuk mengajak chatinngan,, bahas ini itu,, saat dia FB dia on, ternyata di
twitter juga., sama si FB, di Twitter juga aku mention-mentionnan sama dia. Sampai
jam 11 an.
Tidak terasa,
sudah 2 jam aku hidup di dunia maya, dunia yang serasa nyata. Disaat terakhir
aku chattingan dengan dia, dia meminta saya untuk bercerita., hah?? Yang benar
saja., masak aku harus mendongenng, kayak anak kecil yang minta dongeng sebelum
tidur. Dan beberapa menit akhirnya dia off. Masih belum bisa untuk tidur, iseng
saja aku sms an dengan dia, ternyata dia juga belum tidur, dan minta ditemenin
sms an ok., lanjut. Dan masih ingat saja dengan permintaannya tadi untuk minta
dongeng sebelum tidur. Masak aku harus cerita lewat sms kan gak mungkin, suruh
nelpon katanya, nelpon kalau belum ganti hari masih mahal. Sms an masih
berlanjut, dan tidak terasa sudah jam 12 malam, itu tandanya sudah ganti hari. Dengan
polosnya, aku mau saja menuruti permintaanya untuk mendongeng, dipaksa sebagai
pendongeng untuknya, pengantar tidur katanya.
Ya sudahlah,
tidak apa-apa belajar jadi pendongeng cerita, ini pun gara-gara pengaruh buku “si
cacing dan kotoran kesangannya” untung juga ada buku itu, wah kalau tidak mau
dongeng apa. Aku dongengin saja tentang hikmah kehidupan. Telpon-telpom nan
kami masih berlanjut sampai akhirnya telponya putus sendiri, putus pertama
masih kurang karena ceritanya belum selesai. Telpon yang kedua, benar-benar
seperti orang bodoh kalau sudah diberi harapan yang namanya cinta. Padahal aku
juga tau kalau dia hanya menganggapku sebagai teman saja. Telpon yang kedua, samapi
putus dan.., selesai. Selamat malam. Cepat tidur karena besok masih ada jadwal
lagi. Hehe.
Comments
Post a Comment