tidak bisa hidup tanpa cermin


Tidak bisa hidup tanpa Cermin
Hari ini masih pagi, dan kerena memang aku masuk pagi jam 06.30, kuliah paling pagi di kampus ku. Bangun bagi, mandi, dan mempersiapkan diri untuk bergegas berangkat kuliah. Hal menjadi ritual setiap berangkat kuliah adalah dandan dan bercermin, ya bercermin. Entah sejak kapan sejarah, bercermin. Bahkan siapa penemu cermin juga tidak tahu, namun aku bersyukur sudah hidup di zaman sekarang yang sudah ada cermin. Aku tidak bisa membanyangkan jika aku hidup di zaman yang belum ada cermin, bagaimana ya?? Wah pasti rasanya seperti orang yang tidak kenal ganteng dan cantik. Ukuran ganteng dan cantik hanya soal perasaan saja atau kira-kira saja, mungkin seperti itu ya?
Soal cermin bagiku adalah salah satu kebetuhan pokok yang harus terpenuhi setiap hari, sekali lagi untuk penegasan ya Setiap Hari, setiap hari aku butuh cermin. Mau berangkat kuliah, mau pergi, mau ketemu seseorang, mau kemanapun rasanya tidak enak dan masih menganjal jika tidak bercermin dulu, entah itu hanya sekedar membetulkan poni rambut yang berantakan.
Jika mengingat cermin, aku juga teringat dengan salah seorang guru Bahasa Indonesia sewaktu SMP dulu, ya beliau pernah bilang bahwa setiap hari orang pasti bercermin, dan itu pasti. Orang butuh cermin untuk menilai penampilan mereka sudah sesuai belum, orang butuh cermin untuk melihat gaya mereka cocok apa tidak, sudah cantik belum dan lain-lain. Ya paling tidak jika kita bercermin kita merasa sudah siap untuk tampil di depan banyak orang, dan yang penting adalah orang yang kita sayang. Pasti itu, siapa yang bisa menolak argumen ini, aku yakin tidak ada.
Ngomong-ngomong soal cermin, aku sangat ekstrim dengan namanya cermin. Meskipun sebelum berangkat kuliah sudah bercermin. Membutuhkan banyak waktu untuk menata gaya rambut dan juga pakaian yang serasi, sangat lama sekali. Penampilan adalah penilain pertama orang lain kepada kita. Dan penampilan yang serasi akan mencerminkan siapa sebenarnya diri kita. Lewat penampilanlah salah satu kepribadian kita dinilai. Kata orang jawa “ajine rogo soko busono” artinya seseorang dihormati dipandang dari pakaian yang mereka pakai itu berarti juga penampilan sangtlah penting.
Setiap jalan ke kampus juga begitu, saat melewati bebrapa rumah yang ada kaca yang bisa memantulkan bayangan kita, bisa melihatnya, sesekali aku belihat pantulan diriku disana, melirik masih pas kah gaya ku hari ini. melirik dan menata rambut yang sebenarnya juga masih rapi, ah entahlah kebiasaanku ini positif atau negatif, tujuannya hanya terlihat sempurna berpenampilan baik di depan orang lain. Yah meskipun ada niat tersendirilah hehe..
Terkadang aku tidak merasa sendirian, ada sebagian teman-temanku juga seperti ku, diperpus, di tempat parkir, dikolam ikan sekalipun, sesekali mereka juga menyempatkan untuk melihat diri mereka melalui cermin dan air. Aku juga pernah melihat cermin di warung makan, entah apa tujuannay si pemilik warung makan meletakkan cermin di dinding samping meja makan pengunjung, apa sebelum mereka makan perlu melihat cermin dulu memastikan wajah mereka terlihat lapar dan menikmati makanan yang disajikan. Hemm itu hipotesisku.
Manusia sekarang apalagi anak muda yang sedang dilanda asmara pasti juga akan bilang jika cermin adalah kebutuhan pokok bagi mereka, sebelum kencan atau bertemu dengan pasangan pasti bertemu cermin dulu, berkomunikasi dengan cermin sudah ganteng atau cantik belum, yah sepertinya begitu. Atau yang lebih ekstrim lagi jika ada rayuan gombal mengatakan” aku tidak bisa hidup tanpamu” yang biasanya diucapkan salah seorang pasangan kekasih. Tapi bagiku itu bisa juga diartikan seperti ini “aku tidak bisa hidup tanpa cermin” karena sebelum bertemu dengan kekasihnya dia berkonsultasi dulu dengan cermin dan dengan bantuan cerminlah dia percaya diri untuk mengatakan seperti itu. Setuju atau enggak dengan pendapatku terserah, yang jelas manusia selalu butuh cermin.

Comments

Popular posts from this blog

5 goyang nge-Hitz yang paling banyak ditiru

CAPER (cari perhatian)

cinta KadaLuarsa