tidak ada pilihan yang terbaik
Hidup ini selalu, dan pasti bertemu
dengan yang namanya pilihan. Seperti penjual makanan dipinggir jalan. Pilihan
menawarkan apa yang kita perlukan, pilihan memberi harapan, pilihan seolah-olah
menarik. Semakin banyaknya pilihan, semakin kita bingung untuk memilihnya,
menemukan yang terbaik katanya. Ya terdengar memang seperti itu, ketika ada
sesorang ditengah banyak pilihan, pasti jawaban mereka adalah mencari pilihan
yang terbaik. Apakah selalu dikaitkan dengan yang terbaik??
Sudah sejak kecil, hidup kita selalu
disuguhi dengan yang namanya pilihan. Pilihan ini dan itu, pilihan ya atau
tidak, pilihan-pilihan, terlihat sepele namun sangat menentukan untuk
selanjutnya. Tapi apakah kita sudah benar-benar memahami tentang arti sebuah
pilihan. Pilihan itu seperti sebuah solusi, dalam menghadapi masalah atau
sebaliknya malah akan menggantarkan kita kepada masalah. Sederhana, ya
sederhana. Waktu sekolah, dari duduk di bangku sekolah dasar hingga duduk di
bangku sekolah menengah atas, yang namanya soal ujian tidak lepas dengan sebuah
soal dengan jawaban pilihan. Salah pilih, bisa membuat masalah baru.
Terlepas dari itu semua, yang justru
mensetting pikiran kita selama ini adalah kalimat “menemukan pilihan yang
terbaik”. Apa iya,?? Pilihan itu pasti terbaik?? Hayo siapa masih ingat soal
UAN, adakah kalimat paling atas sendiri, berbunyi pilihlah jawaban yang paling
baik?? Jelas bukan?? Yang ada justru pilihlah jawaban yang paling tepat atau
bisanya yang paling benar. Nah itu sebenarnya letak permasalahan dalam soal
pilihan bukan pilihan yang terbaik. Karena baik atau tidak baik itu tidak
mempunyai ukuran yang jelas. Tidak percaya??
Teringat peristiwa semasa SMA dulu, ada
salah satu teman perempuanku yang pernah curhat seperti ini “din, sebaiknya aku
putusin Deni terus nerima Dimas atau aku nolak Dimas dan tetep sama Deni??”
sumpah kalau menurutku waktu itu, itu pertanyaan yang menjengkelkan, dia
bertanya gimana pilihan yang terbaik?? Sumpah dalam hati aku tidak akan memilih
jawaban apapun, justru aku malah mau bilang “yang terbaik, kamu putusin Deni,
lalu nerima cinta ku” itulah pilihan yang terbaik untuk ku, kalau untuk dia,
hah?? Siapa peduli. Itulah mengapa saya katakan nilai baik dan tidak baik itu
tidak memiliki ukuran yang jelas, semua punya sisi kelemahan.
Ada pengalaman juga tentang pilihan yang
terbaik, waktu itu aku pernah menyatakan cinta pada seseorang yang sudah lama
aku taksir. Berbulan-bulan hampir satu semester aku PDKT, selalu berbuat baik,
menjaga sikap, takut ada yang salah, maklumlah namanya juga PDKT harus sedikit
jaim untuk memperoleh hasil yang maksimal hehe. Saat semua sudah pas, dan
penedekatan harus diakhiri, saatnya untuk menyatakan cinta. Dan saat hari H,
tidak sesuai dengan harapan. Justru jawabannya yang bikin aku binggung. Dia
malah bilang seperti ini”Maaf ya,! kamu itu terlalu baik buat aku, aku tidak
mau nyakitin kamu”. Glodak?? Bagai kerbau ditengah sawah yang dicocok hidungnya.
Jawaban itu sugguh membuatku tidak bisa berkata apa-apa, coba bayangkan saja alasannya
adalah “kamu itu terlalu baik buat aku” sungguh kata-kata yang tidak pernah aku
lupakan. Lagi-lagi aku tertipu dengan yang namanya pilihan. Hal ini sangat
kontras, dimana-mana pasti orang normal akan memilih yang terbaik. Justru ini
tidak mau memilih hanya gara-gara terlalu baik, ah alasan basi. Dan setelah
setahun berlalu aku baru tahu kalau alasan itu hanya basa-basi untuk menolak
cinta ku, supaya aku tidak sakit hati.
Itulah mengapa aku terinspirasi untuk
nulis ini. akhir-akhir ini aku menemukan pencerahan mengenai arti sebuah
pilihan. Hidup memang tidak lepas dengan namanya pilihan karena hidup itu
sendiri adalah pilihan. Seperti yang aku baca dari buku-buku. Sebenarnya saat
kita ditawari sebuah pilihan bukan pilihan terbaik atau tidak. Yang lebih mudah
untuk dipahami adalah memilih pilihan yang paling bisa untuk dilakukan, mencari
pilihan yang mempunyai resiko paling sedikit. Selain itu, tidak ada pilihan
terbaik, setuju atau tidak terserah, semua pilihan tidak ada yang terbaik,
masing-masing pilihan memiliki keunggulan dan kelemahannya sendiri-sendiri. So,
bagaimana kita menutupi kelemahan dari pilihan kita, dan membangkitkan kekuatan
dari keunggulan pilihan yang kita pilih. Ok, cukup dari saya, jangan pernah
ucapkan pilihan yang terbaik. Ucapkanlah pilihan (sesuai, tepat, cocok,
bisa dilakukan dan memiliki sedikit resiko).
Comments
Post a Comment