Pemimpin yang lahir dari NIAT





Selamat pagi. Pangung demokrasi Indonesia sudah mulai memanas. 6 hari lagi pilpres. Hari bersejarah bagi bangsa Indonesia untuk menentukan siapa calon presidennya kelak. Pertarungan antar dua kubu sangat ketat. Saya tidak mau membahas black campaign. Ini membahas soal adu realitas. Sekarang kita sulit membedakan mana yang benar dan mana yang “ngawur”. Setiap berita terkait capres-cawapres selalu ramai diperbincangkan, bahkan hal terkecil pun tak luput dari komentar. Yah inilah dunia politik apapun tetap jadi tranding topic, semakin di isukan semakin ramai. Ada slogan yang membuat saya merasa aneh dan berpikir seolah-olah ada jarak antara rakyat dengan tidak rakyat. Bunyinya “Pemimpin yang lahir dari rakyat” ini seperti memandang calon lain bukan dari rakyat. Dan seolah-olah hanya dia yang benar-benar rakyat. Maksudnya apa coba??

Realitas sekarang adalah orang yang dekat dengan rakyat akan disebut merakyat. Kenapa demikian? Karena disorot oleh media makanya seluruh Indonesia tahu, itulah bedanya. Andai saja media mau menyorot yang lain, masih banyak gubernur yang dekat dan merakyat. Apakah kalian tahu gubernur di Papua sana, apakah kalian tahu gubernur di Gorontalo sana., ya saya kira itu hanya soal media saja jadi terkenal dan terlihat merakyat. Sosok yang lahir dari rakyat itu harusnya murni bukan karena pencitraan semata. Orang yang ikhlas tentu tidak mau pamer kepada media, dia sudah berbuat apa saja untuk bangsa ini. Percuma  pakai slogan pemimpin yang lahir dari rakyat, jika niatnya jahat. Percuma mengaku membela “wong cilik” jika ternyata tidak tahu cara membelanya, yang terlihat hanya seperti srigala berbulu domba. 

Pemikiran yang dangkal akan mengahasilkan analisis yang dangkal pula. Saya lebih suka pemimpin yang lahir karena niat. Di dalam agama pun juga diajarkan bahwa segala sesuatu yang kita kerjakan harus dilandasi dengan niat yang tulus ikhlas karena Tuhan bukan karena media. Niat yang tulus ikhlas akan membawa kebaikan. Namun realita berkata sebaliknya, orang ikhlas masih dianggap ada maunya. Saya teringat oleh cuplikan ceramah cak Nun yang mengatakan orang dengan niat ikhlas malah sering dianggap pamrih. Pemimpin itu harus mempunyai niat memimpin bukan masih dipimpin. Semua pemimpin pasti berasal dari rakyat. Semua pemimpin itu bekas rakyat. Mau dari tentara, guru, walikota, pengusaha mereka semua rakyat. Berpikirlah yang cerdas. Bedanya adalah kadar niat mereka saat mencalonkan pemimpin.

Comments

Popular posts from this blog

5 goyang nge-Hitz yang paling banyak ditiru

CAPER (cari perhatian)

cinta KadaLuarsa