Perang Budaya
Bulan
agustus, bulan kemerdekaan bagi negara Indonesia. Di bulan ini seluruh warga
negara merayakan peringatan kemerdekaan. Melakukan berbagai macam kegiatan
termasuk perlombaan dalam rangka memeriahkan acara kemerdekaan. Memang sudah menjadi
sebuah tradisi jika bulan agustus identik dengan lomba. Ini dilakukan sebagai
bentuk untuk mengisi kemerdekaan. Selain itu, berbagai tempat seperti
perkantoran, sekolah, desa hingga jalan-jalan dipenuhi dengan hiasan nuansa
merah putih simbol bendera negara. Dan pada puncaknya ialah melakukan upacara
bendera. Upacara merupakan sebuah bentuk penghormatan kepada para pahlawan yang
berjuang dan gugur demi kemerdekaan.
Berbagai
media memberitakan hal yang sama. Jargon-jargon kemerdekaan terpampang hampir
di semua media sosial. Mereka bilang “aku cinta indonesia”, “aku bangga
indonesia”, “jiwa dan raga ku untuk indonesia” . Ungkapan seperti ini wajar
karena memang ini bentuk cinta mereka terhadap negeri. Andai saja setiap hari
seperti ini tentu rasa kebanggaan terhadap indonesia akan kuat. Namun, setelah
serangkain peringatan pada bulan agustus selesai. Kondisinya kembali seperti
biasa, apalagi generasi muda, mereka akan kembali dengan bergaya sangat tidak
indonesia. Lebih bangga memakai, bergaya, dan meniru budaya asing. Rasa cinta
indonesia mereka terkikis oleh gengsi, di gugurkan pengaruh kesan kuno, gak zaman bro !
Lucunya,
ketika ada negara lain mengklaim budaya indonesia mereka marah. Hallo? Kalian sehat? Sudah banyak bukti,
ada 33 budaya asli indonesia sudah di klaim oleh negera lain. Mulai dari
tarian, lagu, senjata adat hingga makanan. Mengapa bisa terjadi? Salah satunya
karena kita kurang bisa menjaga budaya asli yang kita miliki. Kebudayaan
indonesia tidak menarik untuk dipelajari oleh generasi saat ini.
Selain
itu bangsa ini memang sengaja dicekoki oleh budaya asing. Dibuat sedemikian
hingga melupakan dan tidak bangga dengan budaya sendiri. Jika dulu pahlawan
berperang melawan penjajah. Secara fisik musuh kelihatan, berperang juga
mengunakan senjata. Sekarang musuh kita adalah ke-tidak banggaan dan ke-tidak
cintaan kepada budaya sendiri. Perang kita bukan lagi menggunakan senjata,
perang saat ini adalah perang melawan pengaruh budaya asing.
Arus
globalisai membuat tatanan masyarakat indonesia berubah drastis. Nilai-nilai
luhur sudah mulai luntur. Para pewarisnya disibukkan dengan kesenangan bermain gadget, game online, gaya hidup
hedonisme yang justru menghilangkan
nilai sosial. Waktu mereka tersita untuk itu semua, sedangkan para generasi tua
sudah udzur lalu kepada siapa nantinya budaya itu akan diwariskan? Bila
generasi pewarisnya tidak mau peduli dan mempelajarinya. Jangan sampai
kebudayaan ini hilang begitu saja. Punah tanpa ada pewarisnya. Atau yang lebih
menakutkan ialah klaim dari negara asing. Diam-diam mereka mempelajari budaya
kita, mereka melestarikannya, saat kita lenggah dan dibutakan oleh kesenangan
gaya hidup hedonis. Dan tujuan utamanya ialah penjajahan dalam kemasan yang
baru. Waspadalah, waspadalah, cintai budaya asli indonesia. Banggalah jadi
Indonesia tidak hanya di bulan agustus.
Comments
Post a Comment