Ndeso?
Selamat
pagi generasi muda yang lebih suka belanja di mall dari pada pasar tradisional. Di negeri ini tersedia banyak
sumber daya alam yang melimpah, gunung, sawah, hutan, sungai dan lautan
membentang di sepanjang garis khatulistiwa. Kehidupan masyarakatnya dekat
dengan alam, membaur menjadi satu saling menjaga dan memberi. Itulah keserasian
yang harusnya tetap lestari sampai kini. Namun perubahan zaman telah membawa
dampak bagi negeri ini. Pengaruh modernisasi telah menghilangkan nilai
keserasian alam dengan manusia. Manusia rela menjual, merusak bahkan
menghilangkan hubungannya dengan alam sekitar hanya demi gengsi terlihat lebih
modern. Satu persatu wabah ini menjalar hingga tidak ada lagi nilai keseimbangan.
Rakyat negeri ini kehilangan jati dirinya sendiri, tidak yakin dengan nilai
luhur yang diwariskan nenek moyang mereka.
Disepanjang
jalan berbagai reklame besar produk luar negeri menawarkan, meracuni dan
menggeser nilai luhur bangsa ini. Secara perlahan kita seperti dibuat untuk
setuju dengan produk mereka. Merasa bangga dengan kehebatan serta teknologi
mereka. Kiblat nilai bangsa ini tergeser oleh produk luar negeri, bila tidak
ikut membeli akan terasa kuno istilah kasarnya ndeso. Padahal ndeso
merupakan budaya luhur kita, dibalik ke-ndeso-an
tersimpan unggah-ungguh, sopan
santun, tata krama, bagaimana cara menghormati yang lebih tua dan menyayangi
yang muda. Nilai cinta pada alam, memilihara sawah, kebun, menjaga kebersihan
sungai, hidup gotong royong saling membantu dengan tetangga. Ndeso bukanlah ukuran mutlak sebuah
kemunduran dan tidak maju. Sedangkan modern belum tentu ukuran kemajuan dan
kecanggihan. Karena modern yang kiblatnya bukan berasal dari nilai luhur negeri
ini sama artinya dengan kemunduran.
Dampak
kemunduran ini berpengaruh besar pada generasi berikutnya. Generasi yang haus
akan modernisasi dan jijik dengan ke-ndeso-an.
Haruskah demikian? Kata ndeso ini
menjelma seperti monster yang menakutkan. Bahkan kata ndeso ini termasuk kata yang tidak sopan dan tergolong sebagai isu
sara. Sebenarnya bila kita berkiblat pada budaya jawa, kata ndeso itu merujuk pada orang desa dalam
artinya meliputi seluruh perilaku dan sifat orang desa yang sesungguhnya. Bukan
berarti sifat dan perilaku orang desa itu memalukan atau menjijikan seperti
bayangan orang sekarang. Seperti yang sudah disinggung sebelumnya bahwa wabah
modernisasi menggeser nilai kuno dan tradisional sebagai budaya yang tidak
mengalami kemajuan. Dalam hal ini orang lebih akrab menyebut ndeso.
Ndeso
kenapa harus dijauhi? Bukankah ndeso
itu bagian dari nilai luhur bangsa ini. Budaya ndeso jangan sampai punah di negeri ini. Bukan berarti kita anti
modernisasi namun untuk jadi modern tidak harus meninggalkan budaya ndeso. Banggalah menjadi orang ndeso karena ndeso produk asli Indonesia
Comments
Post a Comment