kemalangan dan keberuntungan




Selamat pagi sahabat. Terlalu banyak peristiwa yang menimpa dalam kehidupan kita. Hingga terkadang kita dengan mudahnya me”label”i semua,  mengatakan baik dan  buruk, benar dan salah, kemalangan dan keberuntungan. Apakah kalian pernah berfikir, siapa pula yang tahu itu sebuah kemalangan atau keberuntungan, seiring silih bergantinya peristiwa. Jangan menghakimi itu sebagai kemalangan atau keberuntungan, karena itu hanya soal sudut pandang bagaimana kita meyikapinya. Mari kita simak kisah berikut.

Alkisah hiduplah seorang petani. Ia mempunyai seorang putra dan seekor kuda. Pada suatu hari kuda sang petani melarikan diri, dan semua tetangganya datang untuk menghiburnya, dengan mengatakan “sungguh malang, kudamu melarikan diri!”

Sang pria tua pun menjawab “ Siapa yang tahu apakah itu kemalangan atau keberuntungan,”

“Jelas itu kemalanan!” demikian para tetangga melawan pernyataan sang petani.

Dalam waktu satu minggu, kuda sang petani pulang, di susul dengan dua puluh ekor kuda liar. Para tetangga sang petani datang untuk merayakannya, dengan mengatakan “sungguh beruntung kudamu telah kembali, ditambah dua puluh ekor kuda lainnya!”.

Sang pria tua menjawab”siapa yang tahu apakah itu keberuntungan atau kemalangan”.

Keesokan harinya putra sang petani menunggang diantara kuda-kuda liar itu, dan jatuh hingga kakinya patah. Para tetangga datang untuk menghibur, dengan mengatakan “sungguh malang nasibmu pak tua”

Dan sang petani mengatakan “siapa yang tahu apakah itu kemalangan atau keberuntungan”.

Lalu sebagian tetangganya menjadi marah, dan mengatakan “tentu itu kemalangan, dasar orang tua bodoh!”

Seminggu berlalu, dan sebuah angkatan bersenjata datang, merekrut semua pemuda sehat untuk bertempur di negeri yang jauh. Putra sang petani, karena kakinya patah, tidak direkrut. Semua tetangganya datang untuk merayakan, dengan mengatakan”sungguh beruntung putramu tidak di rekrut!”

Dan sang petani mengatakan”siapa yang tahu?”[1]

Kita bisa menghabiskan seumur hidup kita mereka-rekannya segalanya. “ini baik, itu buruk....” sia-sia. Kita memberi label kejadian-kejadian sebagai “bencana” ketika kita hanya melihat satu persen gambarnya. Selama kita meyakini bahwa segalanya berjalan tidak beres, segalanya akan terus berjalan tidak beres. Ketika Anda menendang-nendang, menjerit-jerit, tidak ada yang berhasil. Akan tetapi, begitu Anda mengubah sudut pandang Anda, segalanya berubah.


[1] Diambil dari kisah dalam buku Andrew Matthews ikuti kata hatimu.

Comments

Popular posts from this blog

5 goyang nge-Hitz yang paling banyak ditiru

CAPER (cari perhatian)

cinta KadaLuarsa